Halo semuanya apa kabar ? Semoga
baik-baik saja yaa... kali ini gue akan share tentang kegiatan gue satu minggu
yang lalu bersama Lembaga Bantuan Hukum Jakarta. Kegiatan ini mengenai isu
terkait dengan Pluralisme, Hak Asasi Manusia, Perbedaan, dan lain-lain.
Apa
itu Beda-Is-Me ? Menurut gue, Beda-Is-Me adalah suatu paham mengenai
keberagaman dan perbedaan. Untuk selanjutnya kalian bisa liat di channel
youtube gue ya he-he-he. Keberagaman itu sangat dekat dengan kita. Sederhana
saja, gue perempuan dan lu laki-laki, kedua hal itu adalah suatu ciri perbedaan
dari segi identitas sex. Selain itu perbedaan dari segi gender, si A
identitasnya adalah perempuan, tapi gendernya adalah laki-laki. Artinya
perempuan tersebut adalah mempunyai sisi maskulin walaupun identitasnya adalah
perempuan.
Banyak
lagi macam perbedaan yang sering kita temui di kehidupan sehari-hari, yaitu
suku, agama, ras, budaya, etnis, dan lain-lain. Nah.. ini yang sering menjadi
kajian diskusi yang menarik mengenai bagaimana kita sebagai manusia ciptaan
tuhan yang berbeda-beda dapat memahami perbedaan satu sama lain.
Selama
gue ikut pelatihan selama 4 hari 3 malam di Sukabumi, gue menjadi mengerti dan
paham kenapa mereka memilih pilihan hidupnya. Bukan berarti gue menyakini
pilihan mereka. Seperti contoh, salah satu temen gue yang ikut pelatihan
memiliki keyakinan milah ibrahim atau pengikut organisasi Gafatar. Gue kaget
setengah mati, ternyata gue langsung berkenalan dengan orang ini yang dulu
tahun 2016 awal lagi viral-viralnya di media massa mengenai ajaran agama sesat.
Setelah gue banyak ngobrol sama temen gue, gue jadi mengerti kenapa mereka
menyakini keyakinan mereka. Dibilang, ateis yaa bukan, bertuhan yaa iya. Gue juga
agak bingung waktu itu. Tapi temen gue meluruskan kalau mereka menyakini tiga
ajaran agama samawi atau agama yang langsung dari tuhan yaitu agama islam,
kristen, dan yahudi. Untuk lebih mendalam mengenai ajaran tersebut gue masih gagal
paham juga ha-ha-ha. Menurut temen gue, ajaran milah ibrahim itu apa yang
diajarkan oleh nabi Ibrahim dahulu. Setelah munculnya 3 agama besar, terjadi
perpecahan antar umat beragama dan saling bertentangan satu sama lain, sehingga
mereka menurut para keyakinan milah ibrahim untuk mengikuti nilai-nilai nabi
ibrahim itu sendiri.
Kembali
lagi ke paham beda-is-me. Nah, yang menjadi permasalahan disini adalah bagaimana
sikap kita terhadap orang yang berbeda dengan keyakinan orang lain yang berbeda
dengan kita. Waktu itu gue sih bersikap baik-baik saja, kalau dia berbicara
tentang keyakinan dia gue tidak mencela. Tapi bagaimana dengan orang yang
minoritas seperti temen gue ini menghadapi lingkungan sekitar seperti mencari
pekerjaan, mendapatkan akses pelayanan publik dan lain-lain. Untuk hal
pekerjaan saja, temen gue salah satu peserta juga mengaku LGBT, doi gay. Gue
suka cerita dan bertanya banyak dengan temen gue, kenapa lu gay ? apa lu ga
takut dapet pekerjaan ? Ntar orang tua lu gimana ? Ntar lu digerbek polisi
gimana. Temen gue jawabanya simple dan sangat bijak sekali. Doi menjawab untuk
jika dihadapkan dengan lingkungan yang berbeda seperti itu doi akan bersikap
profesional dan memperlakukan seperti orang-orang awam yang lainnya. Mungkin
jika doi ketemu sama temen-temen yang senasib mungkin dia seperti itu.
Banyak
banget sih hal yang didiskusikan selama di Sukabumi kemarin, umumnya tentang
masalah mayoritas dan minoritas. Dan di akhir acara gue jadi makin paham dan
mendapatkan kesimpulan. Mayoritas pasti lebih diperhatikan dibandingkan dengan
minoritas. Gue yang termasuk kaum mayoritas menjadi peduli dengan teman-teman
minoritas, seperti contoh sederhana, gue berteman dengan temen gue yang
kristen, katholik, temen gue yang cina, suku batak, suku jawa, suku bugis,
LGBT, pendukung yang 01, pendukung yang 02, dan keyakinan minoritas lainnya.
Dan ini juga menjadikan kita sebagai manusia yang bijak, netral, dan memahami
satu sama lain.