Selasa, 09 Oktober 2018

Beda-Is-Me : Mengenal Perbedaan


        Halo semuanya apa kabar ? Semoga baik-baik saja yaa... kali ini gue akan share tentang kegiatan gue satu minggu yang lalu bersama Lembaga Bantuan Hukum Jakarta. Kegiatan ini mengenai isu terkait dengan Pluralisme, Hak Asasi Manusia, Perbedaan, dan lain-lain.
       Apa itu Beda-Is-Me ? Menurut gue, Beda-Is-Me adalah suatu paham mengenai keberagaman dan perbedaan. Untuk selanjutnya kalian bisa liat di channel youtube gue ya he-he-he. Keberagaman itu sangat dekat dengan kita. Sederhana saja, gue perempuan dan lu laki-laki, kedua hal itu adalah suatu ciri perbedaan dari segi identitas sex. Selain itu perbedaan dari segi gender, si A identitasnya adalah perempuan, tapi gendernya adalah laki-laki. Artinya perempuan tersebut adalah mempunyai sisi maskulin walaupun identitasnya adalah perempuan.
     Banyak lagi macam perbedaan yang sering kita temui di kehidupan sehari-hari, yaitu suku, agama, ras, budaya, etnis, dan lain-lain. Nah.. ini yang sering menjadi kajian diskusi yang menarik mengenai bagaimana kita sebagai manusia ciptaan tuhan yang berbeda-beda dapat memahami perbedaan satu sama lain.
      Selama gue ikut pelatihan selama 4 hari 3 malam di Sukabumi, gue menjadi mengerti dan paham kenapa mereka memilih pilihan hidupnya. Bukan berarti gue menyakini pilihan mereka. Seperti contoh, salah satu temen gue yang ikut pelatihan memiliki keyakinan milah ibrahim atau pengikut organisasi Gafatar. Gue kaget setengah mati, ternyata gue langsung berkenalan dengan orang ini yang dulu tahun 2016 awal lagi viral-viralnya di media massa mengenai ajaran agama sesat. Setelah gue banyak ngobrol sama temen gue, gue jadi mengerti kenapa mereka menyakini keyakinan mereka. Dibilang, ateis yaa bukan, bertuhan yaa iya. Gue juga agak bingung waktu itu. Tapi temen gue meluruskan kalau mereka menyakini tiga ajaran agama samawi atau agama yang langsung dari tuhan yaitu agama islam, kristen, dan yahudi. Untuk lebih mendalam mengenai ajaran tersebut gue masih gagal paham juga ha-ha-ha. Menurut temen gue, ajaran milah ibrahim itu apa yang diajarkan oleh nabi Ibrahim dahulu. Setelah munculnya 3 agama besar, terjadi perpecahan antar umat beragama dan saling bertentangan satu sama lain, sehingga mereka menurut para keyakinan milah ibrahim untuk mengikuti nilai-nilai nabi ibrahim itu sendiri.
      Kembali lagi ke paham beda-is-me. Nah, yang menjadi permasalahan disini adalah bagaimana sikap kita terhadap orang yang berbeda dengan keyakinan orang lain yang berbeda dengan kita. Waktu itu gue sih bersikap baik-baik saja, kalau dia berbicara tentang keyakinan dia gue tidak mencela. Tapi bagaimana dengan orang yang minoritas seperti temen gue ini menghadapi lingkungan sekitar seperti mencari pekerjaan, mendapatkan akses pelayanan publik dan lain-lain. Untuk hal pekerjaan saja, temen gue salah satu peserta juga mengaku LGBT, doi gay. Gue suka cerita dan bertanya banyak dengan temen gue, kenapa lu gay ? apa lu ga takut dapet pekerjaan ? Ntar orang tua lu gimana ? Ntar lu digerbek polisi gimana. Temen gue jawabanya simple dan sangat bijak sekali. Doi menjawab untuk jika dihadapkan dengan lingkungan yang berbeda seperti itu doi akan bersikap profesional dan memperlakukan seperti orang-orang awam yang lainnya. Mungkin jika doi ketemu sama temen-temen yang senasib mungkin dia seperti itu.
     Banyak banget sih hal yang didiskusikan selama di Sukabumi kemarin, umumnya tentang masalah mayoritas dan minoritas. Dan di akhir acara gue jadi makin paham dan mendapatkan kesimpulan. Mayoritas pasti lebih diperhatikan dibandingkan dengan minoritas. Gue yang termasuk kaum mayoritas menjadi peduli dengan teman-teman minoritas, seperti contoh sederhana, gue berteman dengan temen gue yang kristen, katholik, temen gue yang cina, suku batak, suku jawa, suku bugis, LGBT, pendukung yang 01, pendukung yang 02, dan keyakinan minoritas lainnya. Dan ini juga menjadikan kita sebagai manusia yang bijak, netral, dan memahami satu sama lain.